
Desa Kertanegara merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Kertanegara, Kabupaten Purbalingga, sekaligus desa dengan sejarah panjang yang kaya nilai budaya, spiritual, dan perjuangan. Sejarah ini penting untuk terus dikenang agar masyarakat tidak kehilangan jejak akar leluhur.
Asal Usul Nama dan Awal Mula
Desa Kertanegara diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16 Masehi (1500-an). Nama Kertanegara diyakini terinspirasi dari Raja Kertanegara, penguasa terakhir Kerajaan Singhasari yang terkenal hampir di seluruh Nusantara. Meski Singhasari runtuh pada tahun 1292, nama besar Raja Kertanegara tetap hidup dan berpengaruh hingga ke wilayah Banyumas.
Ada pula pendapat lain yang menyebut penamaan desa berasal dari Wali Perkasa, seorang utusan Kerajaan Pajang–Demak. Nama Kertanegara tercatat dalam Babad Onje (1571 M) yang menceritakan perjalanan utusan kerajaan Demak tersebut.
Secara etimologis, Kertanegara berasal dari bahasa Sanskerta:
- Kerta → berarti makmur
- Nagara → berarti kota atau negara
Sehingga Kertanegara dimaknai sebagai “wilayah pemerintahan yang makmur”.
Peran Kertanegara dalam Lintas Sejarah
Eksistensi Kertanegara semakin kuat pada masa Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755). Perjanjian ini membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta (Pakubuwana III) dan Kesultanan Yogyakarta (Hamengkubuwana I). Uniknya, sebagian besar wilayah Banyumas masuk ke Surakarta, kecuali Kertanegara, Banjar (Banjarmangu), dan Wanakerta. Fakta ini menunjukkan bahwa sejak lama Kertanegara memiliki kedudukan khusus dan strategis.
Memasuki abad ke-19, saat Perang Jawa (1825–1830), hadir sosok penting bernama Mbah Tasjudin (Tahajjudin). Beliau diyakini sebagai pengikut setia Pangeran Diponegoro yang menetap di Desa Kertanegara untuk mengelabuhi Belanda. Dengan keahlian spiritual dan pendidikan agamanya, Mbah Tasjudin menjadi tokoh pelindung sekaligus pencerah masyarakat. Hingga kini, makam beliau di Wangan Sidok masih dianggap keramat dan ramai diziarahi.
Kepemimpinan Desa dari Masa ke Masa
Sejarah pemerintahan Desa Kertanegara tidak tercatat lengkap, namun beberapa nama tokoh yang diyakini pernah memimpin antara lain:
- Ngabei Singapatra
- Ngabei Martapura
- Ngabei Singanegara
- Ngabei Singa Wijaya
- Ngabei Tirtamenggala
- Ngabei Prawira Diwirya
- Mbah Tasjudin (1830–1842)
- Embah Baedowi (1842–1864)
- Ki Wangsa Dikrama I (1864–1893)
- Ki Wangsa Dikrama II (1893–1935)
- Ki Wangsa Miharja (1935–1942)
- Imam Yahdi (1942–1955)
- Ki Jamasri (1955–1972)
- Imam Murtaqi (1972–1988)
- Sugeng Efendi (1988–1998)
- Bambang Teguh Wahyono (1999–2013)
- Pujo Hartono (2013–2019)
- Bambang Teguh Wahyono (2019–2027)
Rangkaian kepemimpinan ini menunjukkan kesinambungan antara peran tokoh leluhur dengan pemerintahan desa modern.
Warisan Sejarah dan Kehidupan Desa Kini
Selain dikenal dengan Pasar Pahing Kertanegara yang menjadi pusat perdagangan ternak, desa ini juga memiliki kekayaan spiritual dan budaya melalui situs makam serta tradisi masyarakatnya.
Artikel ini adalah rangkuman dari penelitian yang dilakukan oleh Tim Literasi Sejarah Desa Kertanegara.
Bagi masyarakat yang ingin membaca versi lengkap beserta dokumen dan transkrip sejarah, silakan akses file berikut: KLIK DISINI UNTUK MENGAKSES SEJARAH DESA KERTANEGARA
Hari ini, Desa Kertanegara menjadi desa dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Kertanegara, sekaligus pusat aktivitas pendidikan, pemerintahan, dan perekonomian. Namun, masyarakat tetap menjaga tradisi dan menghormati jasa para leluhur.
Sejarah Desa Kertanegara adalah perpaduan antara catatan babad, arsip kolonial, serta cerita turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan mengenang asal-usul desa, peran tokoh seperti Mbah Tasjudin, hingga perjalanan pemerintahan desa dari masa ke masa, kita diajak untuk menjaga identitas, memperkuat solidaritas, dan menumbuhkan rasa cinta pada tanah kelahiran.