Sejarah Desa Kertanegara

Asal Usul Nama Kertanegara

Menurut beberapa sumber (para tetua Desa Kertanegara)~hal ini masih perlu dikaji secara akademis mengkisahkan, bahwa pada kurang lebih abad 16 M telah ada pemerintahan di Desa Kertanegara (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Kartanegara Kabupaten Purbalingga), di mana wilayah ini merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Pajang di bawah kepemimpinan Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) yang memerintah pada tahun 1549 M.

Ada beberapa pendapat mengenai nama Kertanegara, paling tidak terdapat dua pendapat mengenai hal ini yaitu:

  1. Pendapat pertama, mengatakan nama Kertanegara berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata KARTA dan NAGARA. KARTA bermakna sejahtera, selamat, aman, makmur dan NAGARA bermakna tanah, tempat, kawasan, atau pemerintahan. Dari dua kata tersebut KERTANEGARA berarti daerah, tanah, kawasan, pemerintahan yang aman, makmur, subur, rakyatnya sejahtera. Hal ini dibuktikan dengan letak geografis Desa Kertanegara yang berada dilembah Sungai Tambra yang subur, tidak kekurangan air.
  2. Pendapat kedua, mengatakan bahwa nama KERTANEGARA di ambilkan dari nama pemimpin pada saat itu yang oleh masyarakat sangat dikagumi karena kewibawaannya, jasa dan kebijaksanaannya, sehingga untuk mengabadikan nama pemimpin tersebut dijadikan sebagai nama desa. Pemimpin tersebut adalah Raja Singosari terakhir yaitu Prabu Kertanegara. Pada saat Prabu Kertanegara memerintah di Kerajaan Singosari (Abad 13), Kerajaan Singosari diserang oleh Raja Kediri yaitu Raja Jayakatwang, tentara Kerajaan Singosari terdesak mundur kekuatan bala tentara Raja Jayakatwang, maka Putra menantu Prabu Kertanegara yakni Raden Wijaya selaku panglima tentara Kerajaan Singosari terpaksa harus mundur bersama pengikutnya, sebagian lari ke arah barat hingga sampai ke daerah sekitar Gunung Slamet (daerah Banyumas dan Purbalingga), dari sebagian tentara tersebut itulah ada yang sampai di daerah lembah Sungai Tambra yaitu daerah yang dianggap aman, dan subur. Di daerah inilah kemudian mereka membuat dan membangun perkampungan yang diberi nama Kertanegara.

Desa Kertanegara sebagai ibu kota Kawedanan

Semenjak Pemerintah Hindia Belanda kembali menguasai nusantara (Pulau Jawa) setelah beberapa lama dikuasai oleh Pemerintahan Raffles (Inggris) pada tahun 1811-1816, terjadi perubahan tata pemerintahan dalam negeri yaitu:

  1. Pemerintahan tertinggi dijabat oleg Gubernur Jenderal dibantu oleh Dewan Hindia;
  2. Pembagian tanah jawa menjadi residence-residence;
  3. Bupati diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Jenderal atas usul residence;
  4. Di bawah Bupati terdapat patih, di bawah patih terdapat wedana, dan di bawah wedana terdapat asisten wedana;
  5. Mantri-manntri membantu tugas wedana dan assisten wedana.

Karena perubahan aturan tersebut, pada tahun 1824 Kertanegara menjadi ibu kota kawedanan, namun dalam perkembangannya karena keadaan geografis pada waktu itu Kertanegara termasuk daerah yang terisolir karena dikelilingi oleh sungai, demi kelancaran pembinaan pemerintahan Kawedanan Kertanegara, pada tahun 1930 Pemerintah Hindia Belanda memindah Kawedanan Kertanegara ke Bobotsari.